Kamis, 03 April 2008

SEKILAS NOVEL 1 KU "KRIWIL VS LOVE"

EPISODE TIGA

Malam minggu itu Kriwil termenung sendiri di dalam kamar kostnya, sambil sesekali membaca buku-buku yang menumpuk di sampingnya, lalu kembali mengetik cerpen bahasa inggris di PC kesayangannya sambil bersenandung mengikuti irama lagu superman dari five for fighting yang mengalun dari radio tape bututnya.
……………………………………
“I can’t stand to fly, I’m not that naïve”
“Men weren’t mean to ride”
“With clouds between their knees”
“I’m only a man in a silly red sheet”
“Digging for kryptonite on this one way street”
“Only a man in a funny red sheet”
“Looking for special things inside of me”
“Inside of me….inside of me…”
“Inside of me….inside of me…”
…………………………………
Kriwil menggaruk-garuk kepalanya yang gatal sambil mengguman pelan….
“Duh, nasibku jadi jomblo…, cowok-cowok teman kost pada ngapel di rumah pacarnya masing-masing, aku malah pacaran sama komputer dan radio mulu….Yah, sutralah..bener kata five for fighting, I’m only a man who looking for special things inside of me…Wil. ….o,iya nih naskah harus sudah kukirim senin lusa…semangat!!” Kriwil lalu kembali merenung, membuka buku, dan mengetik lagi…
***
Hari Senin, jam 8 pagi, di perpustakaan kampus yang luas, lengkap, dan sejuk karena ber-AC, Didi menghampiri mbak Netty, petugas perpustakaan ayu yang duduk anggun di kursi putarnya. Tanpa basa-basi, Didi langsung memprotes,
“Mbak Netty, buku English Grammar itu dimana ya? itu kan sudah saya pesan dari dua minggu yang lalu, siapa sih yang minjam? Lama banget, soalnya saya perlu banget untuk membuat makalah kuliah bahasa inggris nih…”tanya Didi kesal.
“Ya, abis gimana dong mbak, buku itu ada tiga kopian, tapi yang satu sudah rusak, jadi pensiun, yang satu dipinjam asisten dosen, yang satu lagi dipinjam mahasiswa, belum ada yang kembali, mungkin teman seangkatan mbak kali yang pinjam, untuk membuat makalah yang sama, buku itu memang termasuk high quality book. Sabar aja, mbak, atau mbak bisa beli dari toko buku kan?”jawab mbak Netty, petugas perpus dengan sabar dan tetap anggun.
Tiba-tiba dari arah belakang Didi, Kriwil membawa buku English Grammar yang dicari-cari Didi, lalu dengan cueknya menaruh di meja mbak Netty, sambil berkata,
“Maaf mbak, telat ngembaliin, jadi dendanya berapa mbak?”
“Sebentar ya, mas Kriwil, saya lihat di buku dulu…ehmm masa pinjam seminggu, telat tiga minggu, berarti enam kali tiga kali seratus, seribu delapan ratus mas..”jawab mbak Netty kenes.
“Mbak, ini lo buku yang mbak cari tadi, kalo sabar, pasti kembali kan, untung pas mas Kriwil ngembaliin ”kata mbak Netty pada Didi yang masih kesal itu.
Didi melirik buku itu, dia kaget, antara senang buku yang dicarinya ketemu, tapi sekaligus gondog banget ada makhluk sejenis itu yang pinjam buku sampai sebulan, Didi lalu mengalihkan pandangannya ke cowok disebelahnya itu, dia kaget..”lho ini kan cowok berambut mie kesayangan Sinta itu ya ,namanya Kriwil to…tapi…ah, peduli amat, aku sebel banget padanya, tapi ih hidungnya bangir lo, wajahnya ternyata memang mirip ma Ello…duh.Ah, aku kan mau marah, malah jadi mikir gini…”batin Didi dengan roman muka yang berubah-rubah.
Sambil mengeluarkan uangnya, Kriwil melirik cuek ke arah Didi, dia rada heran, kenapa muka cewek itu berubah-rubah seperti monitor komputer di rumahnya. Kriwil memperhatikan cewek itu, dia berkata dalam hati “wah, rambut cewek ini pendek banget kaya rambut Demmi Moore ya, manis juga…..”
Belum selesai lamunan Kriwil, tiba-tiba cewek itu membentaknya dengan suara lirih tapi mantap….
”Eh, tolong ya mas, lain kali kalo pinjam buku itu jangan dimonopoli sendiri, yang lain kan juga butuh meminjam, makalah aku jadinya berantakan nih, mana besuk harus dikumpulin lagi, dua minggu nyari buku ini, ga ketemu-ketemu juga!” kata Didi seperti nenek-nenek kehilangan gigi palsunya.
“Eh, mbak, jangan sembarangan marah-marah dong. Yang butuh buku ini kan banyak, aku juga butuh untuk nyelesaiin tugas kuliahku, juga untuk menulis bukuku, lagian aku kuliah di sastra inggris, so pasti butuh buku ini lah. “jawab Kriwil ikutan marah-marah seperti kakek-kakek kehilangan tongkatnya (jadi, mereka seperti sepasang kakek nenek cerewet dong? He he )
Mbak Netty kelihatan bingung, hilang sudah keanggunannya, dia berusaha melerai ” sudah mas, mbak, jangan bertengkar di sini, ini kan perpustakaan, tidak boleh ngobrol apalagi bertengkar, nanti pak Jarwo marah lo, lagian mbak, bukunya kan sudah kembali, beres to mbak?”
Didi tidak menghiraukan kata-kata Mbak Netty, dia terus ngomel,
“Eh, maaf ya , tapi apa anda itu tidak diajarin orang tua anda untuk bertenggang rasa, bersopan santun, ini kan perpustakaan kampus, mas, kalo anda memang butuh buku ini untuk waktu lama, apa ga sebaiknya memfotokopi atau membeli buku ini di toko buku, itu kan lebih masuk akal?” tandas Didi keras.
“Eh, apa hak anda ngatur-ngatur gimana aku mendapatkan buku….?lagian jangan bawa-bawa orangtua dalam hal ini, nggak nyambung tau? Anda anak kuliahan baru ya? Tampak dari muka anda yang culun dan tingkah anda yang nggak tau aturan itu………….”jawab Kriwil keras.
“Eh, apa maksud anda…….”Didi kehilangan kata-kata.
Tiba-tiba Pak Jarwo, kepala perpustakaan keluar dari ruangannya, baliau kelihatan marah dan berujar pelan tapi tandas,
“Hey, kamu berdua…..kalo mau pacaran, jangan masalah kalian dibawa ke sini, sana keluar!”, lalu Pak Jarwo masuk lagi.
“Siapa yang pacaran, pak!” protes Kriwil dan Didi hampir berbarengan, mereka lalu berpandangan sebentar lalu melengos lagi.
Kriwil cepat bisa mengendalikan dirinya, lalu dengan cuek berujar,
“Sudah Mbak Netty, bukunya ga jadi aku kembaliin, biar aja lusa aku kembaliin, ga ada angin, ga ada hujan, ada nenek sihir marah-marah…..peduli amat sama makalahnya”kata Kriwil sambil mengambil buku itu dan pergi.
Didi dan Mbak Netty pun terbengong-bengong.
***
Didi dengan kesalnya balik ke kelasnya, dia nemuin Sinta lagi sibuk ngganti catatan., sambil nunggu jam kuliah berikutnya. Sinta heran melihat muka manis tapi cemberut punya Didi, ga biasa-biasanya cewek itu bermuka masam, biasanya cuek dan tidak pedulian. Sinta bertanya,
“Ada apa Didi sayang, kenapa mula lu tekuk ampe lima lipatan gitu, ntar ga bisa kembali, lo, ga ada setlika tuk muka tau?”
“Basi kamu….,aku lagi bete banget nih, nyari buku English Grammar seperti yang disuruh pak Andika 2 minggu yang lalu, ga ketemu-ketemu, malah ketemu makhluk gila di perpus” jawab Didi sambil menghempaskan bokong indahnya di bangku.
“Ya ampyun, Di, gue kan punya buku itu, kenapa ga pinjam ma gue?”
“Hah, kamu punya buku itu, kog bisa Sin? Biasanya kamu kan ga pernah ngurusin buku-buku, apalagi punya” teriak Didi ga percaya.
“Nah, lu tuh, sukanya ngremehin orang mulu, jelek-jelek gini, kalo buku penting gitu, gue usahain untuk beli sendiri…tugas lu belum kelar ya?…kecian deh lu!”ejek Sinta
“Sialan, jadi sia-sia dong aku marah-marah sama orang gila tadi diperpus,…duh nambah-nambahin musuh aja.”sesal Didi
“Dari tadi nyebut orang gila siapa sih, emang orang gila bisa masuk kampus?” Sinta bertanya dengan polosnya
“Ya itu, cowok berambut kriting kesukaan lu itu, yang kita lihat dari kantin minggu lalu”
“Hah,….cowok lucu itu…., ya ampyun, kenapa lu ga manggil gue tadi…duh, buruan gue lepas lagi nih, eh tapi kenapa lu marah sama dia?” cerocos Sinta
“Karena dia yang minjam buku itu selama satu bulan, aku kan kesel dan emosi, bolak-balik ke perpus ga ketemu buku itu…trus, dia kumarahi…” kata Didi
“Lu itu, tetep emosi aja dibawa-bawa….lain kali jangan gitu dong, sayang kan dapat kenalan kakak kelas cakep gitu dianggurin, trus dia kasih buku itu ke lu?”
“Karena dia marah, dia ambil lagi bukunya, ga jadi dikembaliiin….”
“Nah lo, kena batunya lu…tu kan, rugi kalo emosi diduluin, kalo gue di posisi lu, pasti gue ngajak kenalan, minjam buku itu, minta nomer hp, trus ngedate deh..he he…”Sinta berpikir sejenak”Tapi dia cakep beneran kan, namanya lu tau ga Di?”
“Ngga, jelek kog….emang mirip-mirip Ello sih, tapi jauh lebih kurus dan tinggi, juga item. Namanya Kriwil “jawab Didi sambil menguap.”Tapi aku minjem bukumu ya, Sin ntar sore aku ke rumahmu”
“Oke, deh.”
***